Sabtu, 25 Mei 2013

RESENSI (Bahasa Indonesia 2)

Nama          : Tuti Handayani
Kelas           : 3EA13
NPM           : 19210344

Resensi

Pengertian Resensi
Dalam bahasa Latin resensi atau recensie artinya "melihat kembali, menimbang atau menilai". Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia resensi memiliki arti pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku. Tindakan meresensi memiliki arti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas atau mengkritik buku. Jadi, resensi ialah ulasan atau penilaian atau pembicaraan mengenai suatu karya sastra (cerpen, novel, drama/film, puisi).

Tujuan Resensi

  1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam suatu karya.
  2. Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah karya yang diresensi itu merupakan suatu karya yang bermutu atau tidak.
  3. Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah buku itu layak untuk dibaca.

Unsur-unsur Resensi

Didalam sebuah resensi karya sastra terdapat dua macam unsur, yaitu:
1.      Unsur Intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita karya sastra yang berasal dari dalam
2.      Unsur Ekstrinsik yaitu unsur yang membangun cerita karya sastra yang berasal dari luar (kebalikan dari unsur intrinsik)

            Unsur Intrinsik

  • Tokoh
Tokoh ialah Individu yang mengalami berbagai peristiwa didalam cerita. Jika dilihat dari peran tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh pembantu, sedangkan jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat pula dibedakan kedalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
a.       Tokoh Pratagonis ialah tokoh yang memiliki watak tertentu dalam segi kebenaran(baik hati, jujur, setia,dll)
b.      Tokoh Antagonis ialah tokoh yang memiliki watak bertentangan dengan tokoh protagonis
c.       Tokoh Tritagonis ialah tokoh yang selalu menjadi penengan dan sering dimunculkan sebagai tokoh/orang ketiga
d.      Tokoh Pembantu/peran pembantu/figuran ialah tokoh yang membantu cerita tokoh utama, posisinya bisa sebagai seorang pahlawan ataupun sebagai penentang tokoh utama.
  • Penokohan/Perwatakan
Yang dimaksud dengan penokohan ialah penggambaran tentang watak tokoh dalam suatu cerita karya sastra. Ada 3 cara yang dapata dilakukan untuk menggambarkan watak tokoh dalam cerita karya sastra, yaitu:
a.     Campuran ialah penggambaran watak tokoh melalui penggabungan cara analitik dan dramatik tujuan untuk saling melengkapi
b.      Analitik cara ini dilakukan pengarang untuk menggambarkan watak tokoh secara langsung.
c.    Dramatik ialah cara pengarang untuk menggambarkan tokoh utama secara tersurat, dengan kata lain tidak langsung. Penokohan cara ini bisa melalui penggambaran tempat tinggal, percakapan/dialog abtar tokoh, fisik, tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu dan jalan pikiran tokoh.
  • Tema
Tema ialah suatu unsur dalam karya sastra yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang melalui karyanya (jalan cerita).
  • Plot / Alur
Plot atau alur ialah jalan cerita atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir. Rangkaian peristiwa ini disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan yang menunjukkan sebab-akibat). Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah cara pengarang dalam mengungkapkan ide/gagasan melalui cerita.
  • Sudut Pandang/Point Of View
Sudut pandang ialah posisi pengarang dalam sebuah cerita atau karya sastra. Posisi pengarang ini terbagi menjadi 2, yaitu:
a.     Pengarang berperan langsung sebagai tokoh utama.
b.    Pengarang hanya sebagai orang ketiga yang posisinya sebagai pengamat.
  • Amanat
Amanat ialah pesan/kesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui jalan cerita. Pesan dalam karya sastra bisa berupa, kritik, saran, harapan, usul, dll.
  • Latar/Setting
Latar ialah tempat dimana terjadinya kejadian/peristiwa dan waktu terjadinya sebuah peristiwa, latar juga menjelaskan segala keterangan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dakam plot cerita. Latar terbagi lagi menjadi beberapa unsur seperti dibawah ini:
a.     Latar Tempat ialah latar yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa dalam  novel.    
    Contoh :  Kota, Pedesaan, dll.
b.    Latar Waktu ialah latar yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa. Contoh : masa kini, masa lalu, dll.
c.     Latar Sosial ialah latar yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Contoh : Kesederhanaan, keramahan,  dll.

 Unsur Ekstrinsik

  • Latar belakang kehidupan pengarang.
  • Pandangan hidup pengarang.
  • Situasi sosial, Budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra tersebut

Beberapa Hal yang Terdapat Dalam Resensi

Dibawah ini terdapat beberapa hal yang terdapat di dalam sebuah resensi karya sastra :
  1. Judul Resensi
  2. Data/Identitas Karya Sastra
  3. Isi Resensi
  4. Kekurangan & Kelebihan
  5. Penutup
Terdapat perbedaan saat pemuatan data/identitas karya sastra yang diresensi, seperti pada resensi buku data yang tercantum ialah seperti berikut ini: judul buku, penulis & penerjemah (jika buku itu berupa terjemahan dari bahasa asing), nama penerbit, cetakan, tahun terbit, tebal buku & jumlah halaman. Pada drama/film maka data untuk resensinya adalah berupa: judul drama/film, penulis, sutradara, genre, pemain, penyunting & penerjemah, tahun terbit, penerbit.

Contoh Resensi

·         Resensi Buku
·         Resensi Film
·         Resensi Cerpen

Contoh Resensi

·         Resensi Buku
·         Resensi Film
·         Resensi Cerpen

Sumber :http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Resensi

RESENSI BUKU
Jenis Buku      : Novel
Judul               : Negeri 5 Menara
Penulis            : Ahmad Fuadi
Ilustrator         : Doddy R. Nasution
Penerbit          : Gramedia (Jakarta)
Tahun terbit     : Juli 2009
Halaman          : 416 hal
ISBN              :  978-979-22-4861-6






Sinopsis
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain sepak bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.
Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya, belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
PEMBAHASAN
            Kisah tentang Alif yang telah lulus SMP ingin melanjutkan pendidikan SMU di Bandung. Tetapi orang tuanya tidak menyetujuinya. Setelah berfikir dan bertukar pendapat akhirnya Alif mendapatkan jawaban yang terbaik, yaitu untuk memutuskan agar melanjutkan pendidikan SMUnya ke Pondok Madani.
            Akhirnya ayah Alif mengantarkan Alif mendaftarkan sekolah ke Pondok Madani. Lalu Alif mengikuti tata cara agar menjadi murid sah di pondok madani. Seperti ujian masuk, pembayaran, dan syarat-syarat lainnya.
            Setelah Alif sudah memulai kegiatan di pondok madani seperti sekolah, mengaji, shalat berjamaah, pramuka dan lain-lain. Alif memiliki teman dekat yaitu, Said asal Surabaya, Atang asal Bandung, Baso asal Sulawesi, Raja dari Medan, Dulmajid asal Madura. Nah kelima temannya tersebut sering berkumpul di kaki menara masjid maka dari itu kawan kawannya yang lain menjuluki kelompok ini Sahibul Menara, penjaga menara. Dan tiap tiap anak mempunyai sebutan, Said menara 1, lalu Raja menara 2, Alif menara 3, Atang menara 4, Dulmajid menara 5, dan Baso menara 6. Pada suatu hari ketika mereka berkumpul di kaki menara mesjid itu, mereka menyebutkan impian mereka yang ingin mereka capai setelah lulus dari pondok madani. Yaitu impian mereka akan melanjutkan pendidikan mereka  ke beberapa negeri yang mempunyai menara tertinggi di dunia dan mereka bermimpi akan menjadi orang yang sukses di sana, yaitu Jakarta, Mesir, Australia, Perancis, Malaysia. Dan Amerika mereka yakin bahwa impian mereka akan terwujud di suatu hari nanti. Maka dari itu selama menuntut ilmu di pondok madani mereka sangat bersungguh-sungguh agar dapat mewujudkan impian mereka. Di mana setelah sukses nanti mereka akan berkumpul di menara-menara itu.
            Dengan segala rutinitas di pondok madani yang melelahkan, canda tawa suka duka ala pondokan antara Sahibul menara, tidak terasa ujian telah datang. Ujian pertama kali bagi mereka, dan dengan segala perjuangan Alif dan teman-temannya berhasil melalui ujian tersebut dengan nilai yang memuaskan. Setelah itu mereka akan mendapatkan libur selama 2 minggu. Karena ongkos perjalanan dan waktu yang cukup jauh diantara sahibul menara, Alif dan Baso tidak pulang ke kampung halamannya. Namun mereka diajak berlibur oleh Atang (teman Alif yang bersekolah di Bandung) ke Bandung dan jalan-jalan mengeliling Bandung. Dam mereka menikmati liburan mereka di Bandung selama 10 hari.
            Setelah mereka lulus dari Pondok Madani akhirnya mereka memang benar dapat mewujudkan impian mereka. Dan akhirnya mereka saling menghubungi satu sama lain agar dapat berkumpul bersama dan juga mengadakan reuni di negeri 5 menara itu. Selain itu mereka juga menceritakan kegiatan mereka saat ini, dan juga perjuangan mereka yang akhirnya bisa seperti sekarang ini. Mereka semua bahagia karena impian mereka terwujud semua tanpa terkecuali.
            Dari kata “shahibul menara” inilah yang selanjutnya diambil novel yang berjudul “Neger 5 Menara” yang mana artinya suatu impian mereka agar menjadi orang sukses di 5 negara yang mempunyai menadar tertinggi di dunia.
            Novel ini sangat bermanfaat bagi generasi muda. Yang menyadarkan untuk para generasi muda bahwa jika kita mau bermimpi dan berusaha maka semua impian yang kita inginkan pasti akan terwujud. Seperti di dalam mahfudzot dijelaskan yang sekaligus menjadi semboyan bagi novel negeri 5 menara ini, yaitu “Man Jadda Wajada” yang artinya “Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia”.
            Pelajaran yang dapat dipetik dari Novel Negeri 5 Menara yaitu:
1.      Moral
2.      Indahnya persahabatan
3.      Man Jadda Wa Jadda “siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil” jadi setiap manusia harus bersungguh-sungguh apabila ingin berhasil
4.      Saling tolong menolong
5.      Menghargai pendapat orang lain
6.      Tidak semua kehendak yang kita inginkan baik bagi diri kita
7.      Apabila kita mengeluh dan menyampaikan pendapat tentang keluhan kita, berarti kita juga sudah tahu solusi untuk memperbaikinya. Jangan hanya mengeluh tetapi tidak dapat berbuat apa-apa untuk memperbaikinya
8.      Seseorang berhasil bukan karena ia pintar tetapi karena ia bersungguh-sungguh
9.      Orang besar adalah orang yang tulus dan mau mengajar dengan ikhlas dimanapun ia berada

            Nilai-nilai yang terkandung di dalam Novel “Negeri 5 Menara” yaitu nilai sosial di mana novel tersebut menunjukkan betapa berartinya persahabatn, saling tolong menolong. Nilai moral dimana di novel tersebut sangan ditonjolkan kehidupan yang bermoral, dan agamis yaitu nilai-nilai islam.
            Novel “Negeri 5 Menara” memiliki fungsi eksperensial yaitu fungsi pengalaman-pengalaman manusia yang berharga sehinga kita apat menghayatinya. Tercermin dari cerita para anak-anak yang tergabung dalam Shahibul Menara, kita dapat memetik pelajaran dari kehidupan mereka. Fungsi informatif yaitu menawarkan informasi, tercermin dari pelajaran-pelajaran yang ada di Pondok Madani terutama pelajaran tentang agama islam. Fungsi penyadaran yaitu berfungsi menyadarkan, misalnya menyadarkan bahwa setiap kehendak yang kita inginkan belum tentu baik bagi diri kita. Seperti keinginan Alif yang ingin masuk SMA daripada Pondok Madani. Fungsi rekreatif yaitu menghibur, misalnya dengandiselipi kekonyolan-kekonyolan setiap anak-anak yang tergabung dalam Shahibul Menara.
            Novel “Negeri 5 Menara” memberikan pengalaman religius-sufistik-propotis yaitu pengalaman yang bersifat bathiniyah, karena cerita tersebut lebih menonjolkan unsur keagamaan yakni agama islam.




           
            .




           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar