Nama : Tuti Handayani
Kelas :
3EA13
NPM :
19210344
Resensi
Pengertian Resensi
Dalam bahasa Latin
resensi atau recensie artinya "melihat kembali, menimbang atau
menilai". Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia resensi
memiliki arti pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku. Tindakan
meresensi memiliki arti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku,
membahas atau mengkritik buku. Jadi, resensi ialah ulasan atau penilaian atau
pembicaraan mengenai suatu karya sastra (cerpen, novel, drama/film, puisi).
Tujuan Resensi
- Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam suatu karya.
- Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah karya yang diresensi itu merupakan suatu karya yang bermutu atau tidak.
- Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah buku itu layak untuk dibaca.
Unsur-unsur Resensi
Didalam sebuah resensi karya sastra terdapat dua macam
unsur, yaitu:
1. Unsur Intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita
karya sastra yang berasal dari dalam
2. Unsur Ekstrinsik yaitu unsur yang membangun cerita
karya sastra yang berasal dari luar (kebalikan dari unsur intrinsik)
Unsur Intrinsik
- Tokoh
Tokoh
ialah Individu yang mengalami berbagai peristiwa didalam cerita. Jika dilihat
dari peran tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan menjadi tokoh utama
dan tokoh pembantu, sedangkan jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat
pula dibedakan kedalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
a.
Tokoh Pratagonis ialah tokoh yang memiliki
watak tertentu dalam segi kebenaran(baik hati, jujur, setia,dll)
b.
Tokoh Antagonis ialah tokoh yang
memiliki watak bertentangan dengan tokoh protagonis
c.
Tokoh Tritagonis ialah tokoh yang selalu
menjadi penengan dan sering dimunculkan sebagai tokoh/orang ketiga
d.
Tokoh Pembantu/peran pembantu/figuran
ialah tokoh yang membantu cerita tokoh utama, posisinya bisa sebagai seorang
pahlawan ataupun sebagai penentang tokoh utama.
- Penokohan/Perwatakan
Yang
dimaksud dengan penokohan ialah penggambaran tentang watak tokoh dalam suatu
cerita karya sastra. Ada 3 cara yang dapata dilakukan untuk menggambarkan watak
tokoh dalam cerita karya sastra, yaitu:
a. Campuran ialah penggambaran watak tokoh
melalui penggabungan cara analitik dan dramatik tujuan untuk saling melengkapi
b.
Analitik cara ini dilakukan pengarang
untuk menggambarkan watak tokoh secara langsung.
c. Dramatik ialah cara pengarang untuk
menggambarkan tokoh utama secara tersurat, dengan kata lain tidak langsung.
Penokohan cara ini bisa melalui penggambaran tempat tinggal, percakapan/dialog
abtar tokoh, fisik, tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu
dan jalan pikiran tokoh.
- Tema
Tema
ialah suatu unsur dalam karya sastra yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran
dari pengarang melalui karyanya (jalan cerita).
- Plot / Alur
Plot
atau alur ialah jalan cerita atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.
Rangkaian peristiwa ini disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan yang
menunjukkan sebab-akibat). Gaya Bahasa
Gaya
bahasa ialah cara pengarang dalam mengungkapkan ide/gagasan melalui cerita.
- Sudut Pandang/Point Of View
Sudut
pandang ialah posisi pengarang dalam sebuah cerita atau karya sastra. Posisi
pengarang ini terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Pengarang
berperan langsung sebagai tokoh utama.
b. Pengarang
hanya sebagai orang ketiga yang posisinya sebagai pengamat.
- Amanat
Amanat
ialah pesan/kesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui jalan cerita.
Pesan dalam karya sastra bisa berupa, kritik, saran, harapan, usul, dll.
- Latar/Setting
Latar
ialah tempat dimana terjadinya kejadian/peristiwa dan waktu terjadinya sebuah
peristiwa, latar juga menjelaskan segala keterangan waktu, ruang, dan suasana
terjadinya peristiwa dakam plot cerita. Latar terbagi lagi menjadi beberapa
unsur seperti dibawah ini:
a. Latar
Tempat ialah latar yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa dalam novel.
Contoh : Kota, Pedesaan, dll.
Contoh : Kota, Pedesaan, dll.
b. Latar
Waktu ialah latar yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa. Contoh : masa kini,
masa lalu, dll.
c. Latar
Sosial ialah latar yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat.
Contoh : Kesederhanaan, keramahan, dll.
Unsur Ekstrinsik
- Latar belakang kehidupan pengarang.
- Pandangan hidup pengarang.
- Situasi sosial, Budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra tersebut
Beberapa Hal yang Terdapat Dalam Resensi
Dibawah ini terdapat
beberapa hal yang terdapat di dalam sebuah resensi karya sastra :
- Judul Resensi
- Data/Identitas Karya Sastra
- Isi Resensi
- Kekurangan & Kelebihan
- Penutup
Terdapat perbedaan saat
pemuatan data/identitas karya sastra yang diresensi, seperti pada resensi buku
data yang tercantum ialah seperti berikut ini: judul buku, penulis
& penerjemah (jika buku itu berupa terjemahan dari bahasa asing), nama penerbit, cetakan, tahun terbit, tebal
buku & jumlah halaman. Pada drama/film maka data untuk resensinya
adalah berupa: judul drama/film,
penulis, sutradara, genre, pemain, penyunting & penerjemah, tahun terbit, penerbit.
Contoh Resensi
·
Resensi Buku
·
Resensi Film
·
Resensi
Cerpen
Contoh Resensi
·
Resensi Buku
·
Resensi Film
·
Resensi
Cerpen
Sumber :http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Resensi
RESENSI
BUKU
Jenis Buku : Novel
Judul : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Ilustrator : Doddy R. Nasution
Penerbit : Gramedia (Jakarta)
Tahun terbit : Juli 2009
Halaman : 416 hal
ISBN :
978-979-22-4861-6
Sinopsis
Alif lahir di pinggir Danau
Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau.
Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan,
bermain sepak bola
di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau
Maninjau.
Tiba-tiba saja dia harus naik
bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera
dan Jawa
menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka
walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya,
belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di
Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada.
Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar
komentator sepak bola
berbahasa Arab,
anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas
dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer
berantai, Alif berteman dekat
dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya,
Dulmajid dari Sumenep,
Atang dari Bandung
dan Baso dari Gowa. Di bawah menara
masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap
awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu
menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda
ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah
remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
PEMBAHASAN
Kisah
tentang Alif yang telah lulus SMP ingin melanjutkan pendidikan SMU di Bandung.
Tetapi orang tuanya tidak menyetujuinya. Setelah berfikir dan bertukar pendapat
akhirnya Alif mendapatkan jawaban yang terbaik, yaitu untuk memutuskan agar
melanjutkan pendidikan SMUnya ke Pondok Madani.
Akhirnya
ayah Alif mengantarkan Alif mendaftarkan sekolah ke Pondok Madani. Lalu Alif
mengikuti tata cara agar menjadi murid sah di pondok madani. Seperti ujian
masuk, pembayaran, dan syarat-syarat lainnya.
Setelah
Alif sudah memulai kegiatan di pondok madani seperti sekolah, mengaji, shalat
berjamaah, pramuka dan lain-lain. Alif memiliki teman dekat yaitu, Said asal Surabaya,
Atang asal Bandung, Baso asal Sulawesi, Raja dari Medan, Dulmajid asal Madura.
Nah kelima temannya tersebut sering berkumpul di kaki menara masjid maka dari
itu kawan kawannya yang lain menjuluki kelompok ini Sahibul Menara, penjaga
menara. Dan tiap tiap anak mempunyai sebutan, Said menara 1, lalu Raja menara
2, Alif menara 3, Atang menara 4, Dulmajid menara 5, dan Baso menara 6. Pada
suatu hari ketika mereka berkumpul di kaki menara mesjid itu, mereka
menyebutkan impian mereka yang ingin mereka capai setelah lulus dari pondok
madani. Yaitu impian mereka akan melanjutkan pendidikan mereka ke beberapa negeri yang mempunyai menara
tertinggi di dunia dan mereka bermimpi akan menjadi orang yang sukses di sana,
yaitu Jakarta, Mesir, Australia, Perancis, Malaysia. Dan Amerika mereka yakin
bahwa impian mereka akan terwujud di suatu hari nanti. Maka dari itu selama
menuntut ilmu di pondok madani mereka sangat bersungguh-sungguh agar dapat
mewujudkan impian mereka. Di mana setelah sukses nanti mereka akan berkumpul di
menara-menara itu.
Dengan
segala rutinitas di pondok madani yang melelahkan, canda tawa suka duka ala
pondokan antara Sahibul menara, tidak terasa ujian telah datang. Ujian pertama
kali bagi mereka, dan dengan segala perjuangan Alif dan teman-temannya berhasil
melalui ujian tersebut dengan nilai yang memuaskan. Setelah itu mereka akan
mendapatkan libur selama 2 minggu. Karena ongkos perjalanan dan waktu yang
cukup jauh diantara sahibul menara, Alif dan Baso tidak pulang ke kampung
halamannya. Namun mereka diajak berlibur oleh Atang (teman Alif yang bersekolah
di Bandung) ke Bandung dan jalan-jalan mengeliling Bandung. Dam mereka
menikmati liburan mereka di Bandung selama 10 hari.
Setelah
mereka lulus dari Pondok Madani akhirnya mereka memang benar dapat mewujudkan
impian mereka. Dan akhirnya mereka saling menghubungi satu sama lain agar dapat
berkumpul bersama dan juga mengadakan reuni di negeri 5 menara itu. Selain itu
mereka juga menceritakan kegiatan mereka saat ini, dan juga perjuangan mereka
yang akhirnya bisa seperti sekarang ini. Mereka semua bahagia karena impian
mereka terwujud semua tanpa terkecuali.
Dari
kata “shahibul menara” inilah yang selanjutnya diambil novel yang berjudul “Neger
5 Menara” yang mana artinya suatu impian mereka agar menjadi orang sukses di 5
negara yang mempunyai menadar tertinggi di dunia.
Novel
ini sangat bermanfaat bagi generasi muda. Yang menyadarkan untuk para generasi
muda bahwa jika kita mau bermimpi dan berusaha maka semua impian yang kita
inginkan pasti akan terwujud. Seperti di dalam mahfudzot dijelaskan yang
sekaligus menjadi semboyan bagi novel negeri 5 menara ini, yaitu “Man Jadda
Wajada” yang artinya “Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia”.
Pelajaran yang dapat dipetik dari Novel Negeri 5
Menara yaitu:
1. Moral
2. Indahnya persahabatan
3. Man Jadda Wa Jadda “siapa yang bersungguh-sungguh akan
berhasil” jadi setiap manusia harus bersungguh-sungguh apabila ingin berhasil
4. Saling tolong menolong
5. Menghargai pendapat orang lain
6. Tidak semua kehendak yang kita inginkan baik bagi diri
kita
7. Apabila kita mengeluh dan menyampaikan pendapat
tentang keluhan kita, berarti kita juga sudah tahu solusi untuk memperbaikinya.
Jangan hanya mengeluh tetapi tidak dapat berbuat apa-apa untuk memperbaikinya
8. Seseorang berhasil bukan karena ia pintar tetapi
karena ia bersungguh-sungguh
9. Orang besar adalah orang yang tulus dan mau mengajar
dengan ikhlas dimanapun ia berada
Nilai-nilai
yang terkandung di dalam Novel “Negeri 5 Menara” yaitu nilai sosial di mana
novel tersebut menunjukkan betapa berartinya persahabatn, saling tolong
menolong. Nilai moral dimana di novel tersebut sangan ditonjolkan kehidupan
yang bermoral, dan agamis yaitu nilai-nilai islam.
Novel “Negeri 5 Menara” memiliki
fungsi eksperensial yaitu fungsi pengalaman-pengalaman manusia yang berharga
sehinga kita apat menghayatinya. Tercermin dari cerita para anak-anak yang
tergabung dalam Shahibul Menara, kita dapat memetik pelajaran dari kehidupan
mereka. Fungsi informatif yaitu menawarkan informasi, tercermin dari
pelajaran-pelajaran yang ada di Pondok Madani terutama pelajaran tentang agama
islam. Fungsi penyadaran yaitu berfungsi menyadarkan, misalnya menyadarkan
bahwa setiap kehendak yang kita inginkan belum tentu baik bagi diri kita.
Seperti keinginan Alif yang ingin masuk SMA daripada Pondok Madani. Fungsi
rekreatif yaitu menghibur, misalnya dengandiselipi kekonyolan-kekonyolan setiap
anak-anak yang tergabung dalam Shahibul Menara.
Novel “Negeri 5 Menara” memberikan
pengalaman religius-sufistik-propotis yaitu pengalaman yang bersifat
bathiniyah, karena cerita tersebut lebih menonjolkan unsur keagamaan yakni
agama islam.
.